Rabu, 26 Maret 2014

[resensi novel] Dalam Pelukan Bintang;seharusnya tidak ada cinta salah paham



Judul buku             : Dalam Pelukan Bintang
Penulis                     : Rini Zabirudin
Penerbit                   : Amore
Terbit                        : -, 2013
Tebal buku             : 320 hlm
ISBN                          : 978-602-03-0069-6
Gemes banget, pas baca novel Dalam Pelukan Bintang (DPB) karya Rini Zabirudin. Apa pasalnya? Ryan si tokoh utama cowok yang katanya playboy tapi merayu Jasmine saja tidak kuasa. Benar kata temannya, Aji, kalau Ryan sekarang ini sudah pudar pesonanya.
Kisah dibuka dengan alasan yang agak aneh sebenarnya. Ryan tidak menyukai Jasmine, mahasiswi yang sedang mengerjakan skripsi, menginap di rumahnya dengan dalih ia tidak ingin kamar adiknya, Mel, berubah dari keadaan semula. Sedangkan Mel sendiri tidak keberatan kamarnya dulu sebelum pindah rumah bersama sang suami, Elang, dihuni oleh Jasmine. Alasan ini yang membuat gue sedikit terkejut. Ryan sebegitu tololnya ya? Dan kalian pasti tahu kondisi dua orang yang tidak sepaham tinggal serumah. Ryan terus menggerutu terang-terangan dan Jasmine mencoba menghindari konflik dengan Ryan.
Cerita bergerak maju dan mulai kelihatan romantis. Tapi kata romantis disini kayaknya perlu gue tambahkan satu kata lagi, romantis sinetron. Jadi banyak sekali adegan yang menurut gue kaku buat disebut romantis. Contohnya saat Ryan dan Jasmine jatuh ke ranjang secara tumpang tindih. Konyolkan mesti ada adegan begitu?
Gue juga terganggu dengan bahasa yang digunakan. Setting cerita anak kuliahan dan pekerja baru dengan jiwa masih gres, masih menggunakan kata ‘kau’. Membaca novel ini serasa membaca novel jaman dulu waktu gue masih kecil. Dan cara penceritaan begini mengurangi rasa novelnya. Itu pendapat gue.
Kenapa gue bisa memilih novel ini?
Dari segi cover yang simple (opini pribadi) yang seperti gambar crayon membuat gue memutuskan untuk membelinya. Harapan di awal, gue akan menemukan letupan-letupan yang enggak biasa dari cover yang cukup menarik ini. Namun sayang banget, letupan itu enggak ada.
Selain alasan tadi, novel ini juga udah gue incar sejak gue memposting Wishfull Wednesday (WW) bulan Nopember kemarin. Dan akhirnya terwujud.
Terus eksekusi cerita di akhir novel, bagi gue juga terasa ngambang dan sangat cepat. Jadi pernikahan yang sudah berumur seminggu dan enggak terjadi hubungan suami istri karena adanya salah paham, bisa dijelaskan dengan obrolan yang begitu singkat. Ayolah, ini terlalu mengada-ada, jadi kehambaran seminggu itu apa!
Kayaknya di novel ini juga banyak kesalahan ketik seperti :
Hal 136
Kapal terbaika?” seharusnya Kapal terbaik?”
Hal 67
Ke dalam kocokan telurn seharusnya ke dalam kocokan telur
Pesan yang ingin disampaikan novel ini mungkin begini: Cinta itu tidak seharusnya mengenal salah paham sebab cinta itu kejujuran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar