Selasa, 25 Maret 2014

Korban Kesalah-pahaman Praktek Poligami

Dahulu, di masa orde baru, ketika Abah Wira masih menjabat kepala desa Batuhieum, berbagai upaya dilakukan untuk mensosialisasikan program KB, dari mulai penyuluhan setiap bulan di balai desa sampai memasang spanduk di jalan-jalan. Hasilnya tidak mengecewakan, pembekakan jumlah penduduk dapat ditekan.
Bi Ratih, ibunda Nenden, adalah salah satu perempuan yang ikut ber-KB ria. Semasih pacaran dengan Kang Hamid, Ratih muda mendambakan keluarga kecil keluarga bahagia. Terwujud, Kang Hamid memberinya anak tiga. Satu laki-laki bernama Goni adalah anak pertama, disusul Nenden dan kemudian si bungsu Eyay. Bahagiakah Ratih?
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , , , , | & Komentar

“SKAAAKKK!” (Suatu Malam di Batuhieum)

Perubahan pasti ada di setiap tempat di planet bumi ini, begitu pun di Batuhieum. Dulu pemuda-pemudinya degil, sekarang mereka berlomba tampil gaya ala Ariel (Noah Band) atau Avril (Lavigne). Kebiasaan orang tua pun ikut berubah. Dulu, setiap lepas isya, mereka ngobrol ngaler-ngidul di beranda rumah dengan kopi panas sebagai penawar dinginnya. Sekarang kopi lebih sering tersaji di depan televisi, dan jam segini pintu-pintu rumah sudah pada terkunci. Itulah perubahan. Lain-lainnya, seperti; jangkrik mengirik, kodok mengorok, burung hantu di kejauhan, gemericik air pancuran, gemerisik dedaunan, mungkin masih bisa bertahan sampai lima tahun ke depan. Mudah-mudahan.
Perubahan kebiasaan itu tak lain dan tak bukan adalah pengaruh tipi, media elektronik bawaan dunia modern: iblis jahat, ungkap seseorang yang menulis buku tentang Posmodernisme Islam. Gara-gara tipi warga Batuhieum melupakan bagian dari silahturahim, lantas dengan bangga mengadovsi budaya kota: individualis. Gara-gara tipi, suasana Batuhieum jadi sepi, tak ada lagi sorak-sorai bocah bernyanyi. Meskipun misalnya purnama hadir sebulan sepuluh kali, tetap, mereka memilih duduk menonton konser dangdut di TPI. Gara-gara tipi kolam-kolam kehilangan banyak ikan, kebun buah-buahan laksana dipanen setan, baju-baju jemuran berpindah tuan, gardu ronda tinggal kenangan.
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , , , , , | & Komentar

Harapan Naif Seorang Kekasih

Alam raya temaram. Langit bertabur bintang. Bulan mengambang di balik awan. Angin bertiup menjauhkan mendung. Goni dan Yuniar duduk di tembok pembatas teras dengan halaman. Angin dingin terus berseliweran menerpa wajah keduanya, mendorong-dorong tubuh Goni agar lebih merapat ke tubuh Yuniar. Tapi, Yuniar malu dengan kerudung yang dikenakannya, ia bergerak menjauh. Goni kecewa, menelan ludah, lalu turun ke halaman memungut beberapa batu kecil.
“Rasanya baru kemarin kamu kelas satu, sekarang sudah kelas tiga,” Goni melemparkan batu itu ke kolam yang tak jauh dari tempat duduknya.
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , , , , | & Komentar

Seandainya Boleh Poliandri …

Bu Isyah melihat wajah putrinya yang kusut masam. Perempuan baya itu duduk di tepi ranjang: “Kamu tanpak 5 tahun lebih tua dari usiamu yang sebenarnya.”
Winne sedang berdiri menghadap dinding, memandangi lukisan pantai. Langitnya yang biru dibubuhi kaligrafi Arab nama lengkap dirinya serta tanggal kelahirannya.
“Dua minggu lagi hari pernikahanmu, Win, mestinya dari sekarang kamu mulai merawat diri. Jangan cemberut pada calon suami, apalagi nanti akan banyak orang melihatmu. Sering-seringlah tersenyum. Aneh kalau ada pengantin wajahnya murung begini.”
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , | Tinggalkan komentar

Lagi … Resensi Novel

Sumber resensi: yudiadrian29.blogspot.com
Dengan Novel Ini Dendam Aku Ingin Balas Dendam
Pengarang : A. Ranggasetya
Penerbit : Kalika 2012
***
sebenernya ini kali pertama gue nge-review novel atau buku-buku bacaan lainnya. bukan karena gue jarang baca, tapi karena gue nggak tau mau nulis apa waktu nge-review :D yaudah, nggak usah panjang lebar pembukaannya.
***
“Dengan Novel Ini Aku Ingin Balas Dendam” dari judulnya terdengar agak seram kayaknya.. itu novel horror ya? bukan-bukan, walaupun ada beberapa scene yang terbilang cukup “serem” ni novel sebenarnya novel fiksi ROMANCE… iya ROMANCE.. haha.
novel ini menceritakan realitas kehidupan sehari-sehari dengan setting berada di salah satu Dusun bernama Batuhieum dipelosok daerah Kuningan, Jawa Barat. menghadirkan banyak tokoh dengan Ipang sebagai tokoh utamanya.. seperti biasa konflik cinta bermacam-macam ada dicerita novel ini.. mulai dari bertepuk sebelah tangan, cinta tak direstui orang tua, backstreet, perjodohan, selingkuhan, bunuh diripun ada.. hahaha lengkap!
belakangan baru ketahuan bahwa semua cerita-cerita yang terjadi di Batuhieum adalah skenario Ipang yang “menggiring” tokoh-tokoh dalam novelnya untuk memainkan peran sesuai dengan skenarionya dan ending yang telah ia imajinasikan.
dengan bahasa-bahasa yang cukup menggelitik dan karakter-karakter manusia yang unik dengan alur yang ringan, novel ini berhasil membuat gue ketawa, serius, bingung sekaligus penasaran.
salah satu dialog yang bikin gue geli adalah “Ada apa ini? Ada apa ini?”/”Bapaknya Kasim meninggal.”/”Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, berkurang satu jompo di kampungku.”/”Ya, dan kuharap dia meninggal dengan perut kenyang.”
well, novel yang cukup seru untuk menikmati waktu luang dan santai.
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , | & Komentar

Tragisnya Nasib Kasim

Haru, sedih, pilu, tapi lucu, begitulah mengenang nasib Kasim. Tapi bicara soal pengalaman, pengalaman getir maksudnya, Kasim jagoan. Boleh dibilang Kasim sudah banyak makan pahitnya racun kehidupan. Kasim pernah ikut dagang asongan di Pulogadung, dalam sehari preman bisa memalaknya empat sampai lima kali. Jualan gado-gado di Monas, seminggu bangkrut, langsung dipecat bos. Alasannya: karena tiap kali ia minta bayaran, pembeli bukan sodorkan duit, tapi tinju.
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Dari Masalah Angkutan ke Masalah Perempuan

Usia Ajie 28 tahun. Lulus sarjana langsung tes ujian PNS, tapi gagal. Ada yang menyarankan supaya Ajie memakai ‘jalur cepat’, minimal tiga ekor kerbau mesti dijual untuk memuluskan jalan menuju harapan. Tapi Pak Jalil, bapak Ajie, tak ingin mencoreng nama baiknya sebagai seorang haji, setiap tawaran yang berbau KKN ditolaknya. Untunglah, Pak Jalil punya kenalan asal Lebaksari yang menyarankan agar Ajie menghonor dulu di SMP Lebaksari. Maka, selesai mengurus administrasi, Ajie resmi mengajar di sana untuk mata pelajaran Kerajinan Tangan.
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , , , , , , | 1 Komentar

Percakapan Calon Besan

“Dua minggu lagi?” sepasang mata Djaliel melebar saat mendengar putusan Wira tentang rencana pernikahan anak mereka.
“Ya, dua minggu lagi. Kalau tidak ada aral merintang,” tegas Wira.
“Apa tidak terlalu buru-buru?” Rokayah protes. “Bukankah kami harus mempersiapkan segala sesuatunya?”
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , , , , , , , | 1 Komentar

Kualifikasi Cewek Idaman

Akhir bulan April 2011 pertengahan musim hujan, di saat cahaya redup bulan sepotong menebar di pucuk pepohonan, rumput di tengah alun-alun bergoyang dihembus angin gunung. Kerikil di jalan basah oleh gerimis yang turun sesaat sebelum sang surya tenggelam, kini berkilauan ditimpa cahaya bulan. Barisan lampu listrik 5 watt di setiap halaman rumah membantu sang bulan menerangi malam, kerlap-kerlip cahayanya di antara celah-celah daun.
Ehm, malam Minggu, nih, malam yang asyik buat pacaran (kata orang). Seperti biasa, lepas isya aku remaja bersama sekelompok pemuda jomblo nongkrong-nongkrong di warung Mbak Leli, makan bakso. Malam-malam seperti ini suasana di warung Mbak Leli memikat perhatian. Cahaya lampu neon terang benderang menyiram beberapa pemuda yang sedang menongkrong di sana.
Baca lebih lanjut
Sampingan | Posted on by | Tag , , , , , , , | & Komentar

Cinta Datang Tak Terduga

Malam itu sunyi, Winne duduk menyendiri di teras rumah, ditemani majalah pavoritnya. Ia mencoba memusatkan pikiran untuk membaca, namun tak satu pun paragraf berhasil dicerna. Rasa sepi mencabik-cabik pikiran. Tak pernah sebelumnya ia merasakan begitu hampanya hidup, tak pernah, kecuali sejak malam itu. Ia merindukan seorang pria, tapi hati kecilnya menolak untuk merindukan pria itu.
Winne adalah gadis idaman, baik di desa maupun di lingkungan sekolahnya (saat itu ia masih SMA), Winne jadi idola. Ia dikaruniai paras jelita menyaingi jelitanya artis ibu kota. Lembut, selembut cahaya purnama. Tak heran jika beragam tipe cowok berebut mengemis cinta. Mereka berlomba-lomba untuk menggaet Winne, yang tampan ikhlas berkorban, yang kaya rela sengsara, yang pandai jadi penghayal, dan yang keriput sampai bertekuk lutut.
Namun seribu kali namun, di balik kecantikan wajahnya ternyata tersimpan hati yang beku. Padat, sepadat batu. Belum pernah ada cowok yang berhasil mereguk cintanya, betapa pun hebatnya kedudukan si pria di mata para wanita. Inilah yang menyebabkan banyak lelaki putus asa, benci sendiri, tak berarti, sampai kepikiran bunuh diri. Salah satunya adalah Ipang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar